Lihatlah itu, Ma
meski dikerubungi
samar-samar mendung
purnama memang selalu
indah di langit.
Dan lihatlah di
warung itu
para pemeras
keringat tersenyum
bersama kretek
dan kopinya.
Sama indahnya
bukan, Ma?
Kini anakmu ini
mulai ngerti
kenapa ayahnya
sering kusut rambut
dan mukanya.
Karena kopi tanpa
kretek
bagai bulan paro bundar,
Ma.
Anakmu kini sudah
gede.
Dan mimpinya amat
sederhana
menikmati purnama
di teras rumah
dalam sapaan
timangan malam
bersama Ayah
sembari bersendagurau
denganmu.
Terimakasih, Ma!
terkadang hidup memang
harus
berdamai dengan
mimpi.
Pelajaranmu sudah
kuterima!
0 komentar:
Posting Komentar