Ah, matahari pagi.
Apa kabar?
Lama kita tak
bersalaman
kulitku rindu
sinarmu.
Yang hangat dan
kadang panas
dan sebabkan
butir-butir peluh.
Dan justru itu
yang kurindu
sebab kamarku
sebarkan butir-butir
jenuh
yang siap
mengembang menutupi
pori-poriku.
Sorry ya,
matahari pagi.
Masih sering
lalai kuberterimakasih
sebab tetekbengek
di sini
memendungkan langitku.
Dan samar sinarmu
terhalau
gedung-gedung
berkaca galau.
Namun tak jemu
jua kamu
menerangi
gelapnya siangku
sedang kuseringkali
jemu
menyapamu,
saudaraku.
0 komentar:
Posting Komentar