Dua hari lalu
kurasakan daya
yang menguatkan.
Sangat, sangat
kuat
memberdayakanku
si daya itu.
Ragaku yang doyan
rebah
kalah
oleh daya yang
entah apa.
Daya itu entah
dari mana
pikirku dari
luar, tapi juga dari dalam
pikirku dari
dalam, tapi juga dari luar
Mentalku yang
lemah
kalah
oleh daya yang
entah apa.
Sangat, sangat
kuat
memberdayakanku
si daya itu
Dibuatnya aku
tertarik pada
catatan kecil
kehidupan yang bercerita
Perihal segala
corak cinta
yang mewarnai
tarian semesta
Dibuatnya aku
raksasa
sehingga hancur
penjara kemalasan
Dibuatnya aku
kerdil
sehingga hancur
penjara keangkuhan
Dibuatnya aku
terbuka mata
agar syukurku
berwujud keringat jalan
dan sapu tangan
dua
atau lebih dari
tiga.
Sangat, sangat
kuat
memberdayakanku
si daya itu
sehingga malamnya
ragaku lemah
mau tak mau harus
rebah.
Tapi si daya
masih ingin berkarya.
Dua jam kiranya
lelap diberikan.
Ketika aku
membuka mata
getaran kuat si
daya melemah.
Entah kenapa,
getarannya melemah
bersamaan dengan
detik melangkah
Seharian kemarin
redam sudah
getaran si daya
kalah
oleh getaran lain
yang sudah
kukenal, akrab.
Dikesampingkannya
si daya yang
sangat, sangat kuat
memberdayakanku.
Seharian kemarin
aku lemah
ada daya tapi
lemas
kalah
oleh segala
getaran yang bersatu
membuatku hanya
tertarik untuk
rebah.
Seharian kemarin
aku seperti
hari-hari biasanya
sampah!
Manusia yang
lalai pada tugasnya.
Berselimut diam
dikira itu mesti
emas.
Berharap bising
keringat jalan, melihatnya
agar dijadikan
pembelajaran.
Ah, sungguh naif
pikiran
sampah!
O, daya!
Aku rindu
kau yang
memberdayakanku
Ke manakah. di
manakah
ruang terkuatmu
agar kita bertemu?
Bagaimanakah
tangguh jalan dayamu
yang harus
kutempuh?
Hari ini
Aku sudah enggan!
jadi seperti
seharian kemarin
Muak sudah!
jikalau seperti
hari-hari biasanya
O, daya!
Jika dengan
muakku ini
kuat getaranmu
tak juga kurasa
aku akan jadi
sampah perabadan manusia.
Dan Sang Dalang
bukan
maha tega.
0 komentar:
Posting Komentar