Rabu, 05 April 2017

10 November


Decak detik ramai mengingatkanku
Sembilan sudah berganti sepuluh
Di November sendu berlumur rindu
Menyelimuti jarak Surabaya-Bengkulu
Detik berdecak semakin ricuh
Seiring siang bersinar angkuh
Jiwa raga disiapkan tuk bersikukuh
Di Surabaya, hari yang sama, dulu
Detik berdecak tak kalah ricuh
Seiring dua pasukan beradu
Kali-kali diarungi mayat-mayat bagai perahu
Di Surabaya, hari yang sama, dulu
Tapi detik berdecak tak kalah ricuh
Ricuhnya terkagum-kagum
Ketika teriakan seorang Ibu
Dan tangisan seorang bayi berpadu
Memainkan simponi yang merdu
Mirip simponi Beethoven no. 7
Di Surabaya, hari yang sama, tahun 1992
Kita? Belum kenal kata itu
Kau masih kau. Aku sudah memudar 2 tahun
Bicaraku belum menahun
Tapi angin dengan patuhnya
membawa simponi merdumu menujuku
Menyalakan obor-obor dipinggiran Jalan Kita
Agar aku dank au mengenal kita
Decak detik ramai mengingatkanku
Sembilan sudah berganti sepuluh
Pun juga sembilanbelasmu
Sudah jadi dua puluh
Selamat!
Sampaikan ucapanku itu pada Ibumu
Tanpa pengorbanannya melahirkanmu
Hari ini tak ada sisi lainnya bagiku
Terima kasih!
Itu juga untuk Ibumu
Untukmu?
Untukmu hanya ada rindu
Di November yang sendu
menyelimuti jarak Surabaya-Bengkulu
Yang menyamar menjadi aku

0 komentar:

Posting Komentar