Decak detik ramai
mengingatkanku
Sembilan sudah
berganti sepuluh
Di November sendu
berlumur rindu
Menyelimuti jarak
Surabaya-Bengkulu
Detik berdecak
semakin ricuh
Seiring siang
bersinar angkuh
Jiwa raga
disiapkan tuk bersikukuh
Di Surabaya, hari
yang sama, dulu
Detik berdecak
tak kalah ricuh
Seiring dua
pasukan beradu
Kali-kali
diarungi mayat-mayat bagai perahu
Di Surabaya, hari
yang sama, dulu
Tapi detik
berdecak tak kalah ricuh
Ricuhnya
terkagum-kagum
Ketika teriakan
seorang Ibu
Dan tangisan
seorang bayi berpadu
Memainkan simponi
yang merdu
Mirip simponi
Beethoven no. 7
Di Surabaya, hari
yang sama, tahun 1992
Kita? Belum kenal
kata itu
Kau masih kau.
Aku sudah memudar 2 tahun
Bicaraku belum
menahun
Tapi angin dengan
patuhnya
membawa simponi merdumu menujuku
membawa simponi merdumu menujuku
Menyalakan
obor-obor dipinggiran Jalan Kita
Agar aku dank au
mengenal kita
Decak detik ramai
mengingatkanku
Sembilan sudah
berganti sepuluh
Pun juga
sembilanbelasmu
Sudah jadi dua
puluh
Selamat!
Sampaikan
ucapanku itu pada Ibumu
Tanpa
pengorbanannya melahirkanmu
Hari ini tak ada
sisi lainnya bagiku
Terima kasih!
Itu juga untuk
Ibumu
Untukmu?
Untukmu hanya ada rindu
Untukmu hanya ada rindu
Di November yang
sendu
menyelimuti jarak
Surabaya-Bengkulu
Yang menyamar
menjadi aku
0 komentar:
Posting Komentar