Aku adalah nyala api
Kau, adalah sebab ia bergejolak
Jadi warna-warni
Bergejolak sedemikian rupa, sehingga putih
Putihnya membangun karang
kokoh mengelilingi, serupa tempurung,
melindungi gejolak di dalam
Lalu waktu patuh pada tugasnya
Kita sama-sama masih belia
Belum sadar besarnya gelombang samudra
perlahan mengikis kokohnya karang
Aku pun sudah terlanjur angkuh
dengan keteguhan dan kekokohannya
sementara tempurung terus digerus
Keangkuhanku berpanen celah
gelombang samudra telah menunggangi
hembusan angin yang memutihkan gejolak
melalui celah halus yang muai
Aku pun tak sadar,
terlena melayang
terbuai tenggelam
Menjadikan gejolaknya liar
apinya tak lagi putih
jadi abu-abu, cenderung hitam
dan aku larut di dalamnya
tempurung karang pun kini hanya kertas
angin melintasi dengan entengnya
Dan kau, mau tak mau, ikut larut di dalamnya
Kita larut dalam gejolak api hitam
yang menyembunyikan warna-warninya
Lalu waktu patuh pada tugasnya
Kau bisa mentas dari larut
Sedang aku semakin larut
Karena kau coba kembalikan kertas jadi karang
Agar gejolak api kembali putih
tapi aku kalut dalam larut
sehingga lenyap
karena api hitam semakin liar menjalar
Hanya abu yang menemanimu berjuang
kembalikan kertas jadi karang
lalu waktu patuh pada tugasnya
Gejolak kita tinggal kenang
0 komentar:
Posting Komentar