Minggu, 10 September 2017

Tanda Tanya Tanpa Nyala


Baru satu dua langkah
kuhayati segala pernik semesta
aku merasa sudah paripurna
terpesona pada rembulan sepertiga di mega

Sementara nyatanya
yang kusebut segala
hanya rangkaian kecil
sekecil ujung rambut

Lalu hadir tanda tanya
Bagaimana satu dua langkah bisa
menghayati segala pernik semesta,
sementara Semesta
adalah sirkuit terkecil
yang paling terbesar
dalam relung samudra hampa?

Jawab  jumawa di langitku
menebalkan megananda
semakin hambar aku
pada senyuman Purnama.

O, kabut baja!
O, perisai permata berkarat!
Bagaimana bisa di bumi itu
kabut baja tersibak oleh perisai permata berkarat,
sehingga tampak titian ke kebun zamrud
yang mengkilap di tengah samudra hampa?

(gelegar jawab sahaja di langitku
menyingkirkan gugusan mega
memekikkan telinga)

“Wahai kau! kerikil hitam kota!
Tanda tanyamu masih berupa lilin
yang menyala pun belum.

Berdiri dan melangkahlah!
Sampai ia menyala dan
meleleh dengan sendirinya.”

0 komentar:

Posting Komentar