Baru satu dua
langkah
kuhayati segala
pernik semesta
aku merasa sudah
paripurna
terpesona pada
rembulan sepertiga di mega
Sementara
nyatanya
yang kusebut
segala
hanya rangkaian
kecil
sekecil ujung rambut
Lalu hadir tanda
tanya
Bagaimana satu
dua langkah bisa
menghayati segala
pernik semesta,
sementara Semesta
adalah sirkuit terkecil
yang paling terbesar
dalam relung
samudra hampa?
Jawab jumawa di langitku
menebalkan
megananda
semakin hambar
aku
pada senyuman
Purnama.
O, kabut baja!
O, perisai
permata berkarat!
Bagaimana bisa di
bumi itu
kabut baja
tersibak oleh perisai permata berkarat,
sehingga tampak
titian ke kebun zamrud
yang mengkilap di
tengah samudra hampa?
(gelegar jawab
sahaja di langitku
menyingkirkan
gugusan mega
memekikkan
telinga)
“Wahai kau!
kerikil hitam kota!
Tanda tanyamu
masih berupa lilin
yang menyala pun
belum.
Berdiri dan
melangkahlah!
Sampai ia menyala
dan
meleleh dengan
sendirinya.”
0 komentar:
Posting Komentar