Ketika lalai
kutuliskan rinduku dalam puisi
meranggas
daun-daunnya yang sunyi
pohon jati itu
tinggal batangnya saja
Angin pun enggan
menyapa.
Ketika rinduku
hanya kudendang dalam hati
merindanglah
daun-daunnya yang sunyi
pohon jati itu
tempat berteduh paling teduh
dan kala itu
Angin tetap enggan menyapa
Lalu ini
bagaimana?
Tanpa Angin hidup
ini hampa
Tanpa Angin hidup
ini gerah
Tanpa Angin hidup
ini apa?
Dan Pak Timin,
yang fanatik pada waktu
mewejang:
Senantiasa
menari-nari serentak seirama dendangan Angin
ialah
senikmat-nikmatnya hidup di sini nanti.
Wah!
itu maksudnya
apa, Pak?
Dan kulihat ia
tertawa
melihatku tak
segera
menyulut
lilin-lilin paskah mungil
dan membacanya.
0 komentar:
Posting Komentar