Serangkaian besi
bernama becak itu
kawanku
Kawan arungi ganasnya aspal beku
Kawan arungi ganasnya aspal beku
Bersamanya,
di bawah kemencak terik matahari
di bawah kemencak terik matahari
tiap kayuhan
berdikari
Peluh jadi rias diri
Bengek nafas menjadi-jadi
Peluh jadi rias diri
Bengek nafas menjadi-jadi
itu semua pelumas
hati
Pada masanya,
kami punya banyak teman
Jalanan jadi
panggung karya kami
Sekarang jalanan
didikte perubahan
Kawanku dibilang
ketinggalan zaman
Ia dibilang penyebab kemacetan,
tidak enak dipandang,
Ia dibilang penyebab kemacetan,
tidak enak dipandang,
dan segala
pembenaran
yang katanya
kemajuan zaman
Kawanku heran,
"Mereka itu ribut soal polusi,
"Mereka itu ribut soal polusi,
tapi aku disuruh
mati.
Lalu mereka mau kau ikuti?"
Tenang, kawan
Lalu mereka mau kau ikuti?"
Tenang, kawan
Kau takkan ku
bajui mesin
Kakiku masih
sanggup
bermesraan dengan pedalmu
bermesraan dengan pedalmu
Kami
berterimakasih
pada mereka yang
masih mau
menanggap kami
Tapi mbok ya
jangan
sering-sering bikin makan ati
Ongkos tiap
putaran gear pakai kaki
jangan disamakan
dengan
ongkos tiap
putaran gear pakai mesin
Tapi ya mau
bagaimana lagi?
Bolehlah sini!
Si kecil di rumah butuh nasi
0 komentar:
Posting Komentar