Warung kopi di
bantaran rel
adalah tempatku
perbaiki engsel.
Bintang
bergandeng mendung jadi atap.
Alas terpal
dengan pernik kerikil dan bebatuan.
Sepoi angin,
terkadang menyapa lewat laju kereta.
Di meja ini,
secangkir kopi susu tanpa gula
diseduh tanpa penyeduh
oleh barista desa
tapi nikmatnya
bagai mencicipi biduan surga.
Bersama rokok
samsoe, ia menemaniku.
Saat ini, yang
begini ini
semurah apa pun
rokok dan kopi
abu dan leteknya
akan ku ratapi
jika purnama tak
bertengger di topi.
0 komentar:
Posting Komentar