memandangi
lapangan kosong di Jalan Bung Tomo
angin pamer
kemampuannya
menggiring debu
di lengang rumput sintetis
sunyi terpana
dikecoh
kawan-kawanku
ramai di belakang
sedang bergembira
bermain futsal
meski agak
kecewa,
karena harga sewa
lapangan
setara dengan
harga kosan harian
sementara yang
datang hanya delapan
kegembiraan pun
pamer kemampuannya
mengecoh kecewa
yang terpana
di antara mereka
yang di depan
dan mereka yang
di belakang
mana yang lebih
indah?
lalu ada suara
lirih di sini:
itu pertanyaan
macam apa?
kutoleh ke
belakang dan depan,
ke kanan dan
kiri,
sampai delapan
penjuru mata angin
suara itu
berbunyi lagi:
sudah terjawab
kan?
0 komentar:
Posting Komentar