Minggu, 16 Juli 2017

Ya Begini Ini

memandangi lapangan kosong di Jalan Bung Tomo
angin pamer kemampuannya
menggiring debu di lengang rumput sintetis
sunyi terpana dikecoh

kawan-kawanku ramai di belakang
sedang bergembira bermain futsal
meski agak kecewa,
karena harga sewa lapangan
setara dengan harga kosan harian
sementara yang datang hanya delapan
kegembiraan pun pamer kemampuannya
mengecoh kecewa yang terpana

di antara mereka yang di depan
dan mereka yang di belakang
mana yang lebih indah?
lalu ada suara lirih di sini:
itu pertanyaan macam apa?

kutoleh ke belakang dan depan,
ke kanan dan kiri,
sampai delapan penjuru mata angin
suara itu berbunyi lagi:
sudah terjawab kan?

senyumku pun mengangguk-angguk

0 komentar:

Posting Komentar