Saat ini yang terdengar
rintik
hujan sedang
bersendagurau
dengan malam yang
selalu sunyi
Aku
malam ini sedang
dicari-cari
oleh seorang
berbaju tambalan
kain-kain bekas
pabrikan
kusut rambutnya
panjang awut-awutan
ke samping kiri
belahan rambutnya
tiap helai
berwarna putih kekuning-kuningan
pupil matanya
biru beriris hitam
pandangannya sayu
melengah tajam
bagai mata elang
di kandang
ia yang bertopi
merah itu
ditemani sandal
besinya
menjajaki malam
dengan pongah
ilalang
kebisingan ditebas dengan pandangannya
yang sayu
melengah tajam
bagai celurit
pasi pendekar buram
Aku
bukan bermaksud
sembunyi
tapi memang
semayamku di sini
di bilik mini
relung sunyi. O!
ia masih
menjajaki malam
dengan pongah
gubuk-gubuk gabus
kesunyian dihampiri
kiranya ia
menikmati setiapnya
karena di tiap
gubuknya
ia mesti mabok
lalu meracau
suaranya tinggi tanpa
kaki
kata-katanya
adalah bulan merah berduri
yang nangkring di
ujung bibir
siap
mengompongkan gigi
bisa
bermalam-malam ia habiskan
untuk mabok di
tiap gubuknya
sampai matahari
menjambak rambutnya
lalu pagi
menjelang
ia tidur dari
siang sampai
malam kembali
datang
Aku
bukan bermaksud
sembunyi
tapi memang
semayamku di sini
di bilik mini
relung sunyi, O!
Hujan masih
bersendagurau
sementara malam makin
temaram
ia kini
menelusuri gang-gang sunyi
gang buntu di
sini, kembali
telusuri gang
lagi
gang buntu di
situ, kembali
telusuri gang
lagi
padahal yang
bikin buntu
adalah sorban
putihnya
pemberian filsuf
berkulit merah
ia makin mabok
dalam kebingungan
Aku
bukan bermaksud
sembunyi
tapi memang
semayamku di sini
di bilik mini
relung sunyi, O!
Seringkali
Kupergoki
perangainya jadi
seteduh musim semi
mekar ia
menyerbak ke sekeliling
karena ia merasa
sudah menemui
di bilik mini
relung sunyi
saat itu juga ia
tak butuh lagi
O! Sungguh!
Aku
bukan bermaksud
sembunyi, kekasih
tapi memang
semayamku di sini
di bilik mini
relung sunyi
dan rasa merasa
itu, kekasih
adalah kebuntuan
abadi
bintang-bintang
merapikan sandal
bersama bulan
bercengkerama di halaman, O!
0 komentar:
Posting Komentar